Atas saran dari suami, aku posting deh cerpen yang pernah ku bikin bulan Agustus 2004. Walopun unfinished karena dah buntu but not bad lah…ternyata aku bisa juga bikin cerpen. Boleh dong narsis dikit di blog sendiri….
BADAI DI TAHUN 2222
Ciiiiit! Suara rem flying vw yang dikendarai Ahmad terdengar. Mobil berkekuatan 960hp dengan kecepatan terbang 350/950 mph warna kuning highlight itu berhenti.
“Wah, gimana nih,” pikir Ahmad. Mendadak mobilnya ngadat. Sementara di ketinggian 100 meter di atas tanah sebelum mobil turun, dia nyoba ngutak-utik tombol active height control, tombol pengatur ketinggian di dashboard.
“Wah, terpaksa deh aku pake jalan darat.” katanya. Rupanya systemnya nggak jalan. Transmisinya error. Maklum mobil keluaran 2210, sepuluh tahun lalu, jelas aja. Kemudian Ahmad mengaktifkan sistem roda pendarat dan nyoba vertical landing di jalan raya di bawahnya.
Akhirnya setelah parkir di pinggir jalan, dia mencoba memperbaiki mobil. Fuel consumption oke, operational ceilling juga oke. Wah bingung nih.
Akhirnya dia nyoba connect ke Ali. Layar monitor di depannya, menampakkan keadaan Masjid Baitul Izza.
“Assalamu’alaikum Ali”, sapanya setelah di layar tampak pemuda berambut gondrong pakai baju silver bernama Ali.
“Wa’alaikumsalam Ahmad, gimana nih kok belum nyampai, acara mo dimulai lima menit lagi nih.” Jawab Ali.
“Sorry deh, vwku ngadat, maklum mobil tua. Nggak mau terbang. Terpaksa deh pakai jalan darat.”
“Apanya yang rusak sampai nggak mau terbang segala?” tanya Ali
“Nggak tau tuh, di flight control system juga nggak ada data apa-apa. Jadi aku belum tau sebabnya. Kayaknya gas auto nih, kalau gini terpaksa deh setir manual. Tapi jangan kawatir tak usahain cepet, nggak ayah lah sekali-kali pake cara kuno.” Jawab Ahmad. “Udah dulu ya, Assalamu’alaikum”, kata Ahmad menutup pembicaraan.
Sambil menyetir dia melihat sekeliling. Kagok juga dah lama nggak setir manual, biasanya sih tinggal ketik koordinat tujuan langsung deh mobil terbang. Untunglah sistem navigasi di mobilnya nggak ikutan ngadat, bisa parah dong. Soalnya dia belum pernah ke Masjid Baitul Izza lewat jalan darat!
Di kiri jalan tampak pohon beringin baja melambai-lambai. Benar-benar cloning yang sempurna. Cauliflower Mozaik Virus CM24 penghasil gen yang khusus menginjeksi total tanaman akhir-akhir ini laku keras. Mengganti virus generasi sebelumnya jenis CM23 ataupun jenis plasmid bakteriofag yang lebih murah tapi hasilnya nggak gitu bagus. Maklum kecepatan membelah diri virus CM24 ini berkali lipat. Dengan kantong pas-pasan orang hanya mampu beli kemasan paling kecil seperempat gram yang harganya udah mencapai duaratus ribuan. Itupun hanya bisa bikin tanaman mungil seperti kaktus. Bukan main, kalau gitu berapa biaya untuk bikin pohon beringin sebanyak ini ya? Pikir Ahmad. Berita tentang virus baru untuk gen rekombian ini benar-benar lagi heboh. Baru pagi tadi Ahmad membacanya di koran on-line. Banyak hasil cloning yang membahayakan. Bahkan mega mal di kota ini sudah rata jadi debu gara-gara diserang 5 cloningan yang ngamuk. Dan yang bikin Ahmad heran ujung-ujung pohon beringin itu berubah jadi pisau-pisau kecil yang runcing. Hiii…nggak kebayang deh kalau pohon itu jatuh dan menimpa manusia, pasti tertusuk ujung dahan yang runcing. Ahmad meringding, pertanda apa ini?
Tak terasa dia sudah sampai di pelataran parkir masjid. Jam tangan dijitalnya menunjukkan pukul 09.10. “Wah telat sepuluh menit nih.” Batinnya. Segera dia mencet tombol warna hijau jamnya. Searching nama Ali dan segera wajahnya terpampang di layar.” Aku dah nyampai.” Kata Ahmad. “Oke deh,” jawab Ali.
“Assalamu’alaikum warahmatullohi wabarokatuh.” Ahmad mengawali ucapannya pada peserta pengajian siang itu ketika dia udah tampil di atas mimbar. “Silakan searching surat Al Baqoroh ayat 185.” Tampak peserta pengajian sibuk nyimak di electronic Qur’an masing-masing. Acara ngaji yang berlangsung satu setengah jam itu lancar-lancar aja.
***
“Ahmad, aku numpang ya,” kata Ismu salah seorang peserta pengajian yang juga sahabat Ahmad ketika pengajian telah selesai.
“Tapi mobilku ngadat nih, lagi nggak bisa terbang.” Jawab Ahmad.
“Nggak ayah, aku udah biasa juga. Malah tadi jalan kaki ke sini, tapi lagi agak pusing sekarang.”
“Oke deh, naik aja.”
Mobilpun berjalan menuju rumah Ismu. Rumah berbentuk setengah lingkaran, adaptasi rumah iglonya orang kutub 200 tahun lampau itu, tampak sepi. “Mampir yuk!” ajak Ismu pada Ahmad. Setelah melihat agenda dijital di jam tangannya Ahmad mengangguk setuju. Rupanya siang ini kosong, nggak ada acara. Ismu mencet beberapa angka password di pintu gerbang. Segera saja gerbang setinggi satu setengah meter itu bergerak membuka.
“Eh, ngapain dia?” tanya Ahmad ketika melihat Ismu yang lain terkurung dalam salah satu ruang berlapis kaca.
“Inilah yang bikin aku pusing.” Kata Ismu. Cloning-an ku ini udah seminggu ngamuk. Makanya aku kurung, takut ngrusakin apa-apa.”
“Emangnya kamu nggak kasian apa?”
“Ya kasian, tapi gimana lagi. Buat reparasi dia ongkosnya mahal banget. Nggak punya duit,” jawab Ismu.
“Kok bisa mahal sih?”
“Soalnya untuk bikin normal dia lagi butuh DNA plasmid murni diinjeksi virus mamalia simian SV40 yang langka banget.” Ismu njelasin.
“Trus, belinya di mana?”
“Nggak ada yang jual, harus dibikin. Dan yang bisa bikin cuma Profesor Brown yang sekarang nggak ketahuan lagi ada dimana.”
“Wah untung deh aku nggak di cloning, bisa pusing aku kalo gini.”
“Iya sih, tapi ini kan tinggalan almarhum Ayahku buat nemenin aku. Aku kan nggak punya saudara.”
“Ya udah kamu do’a aja cloningmu ini cepet sembuh.”
“Emang cloning-an bisa dido’ain?” tanya Ismu.
Sejenak Ahmad ragu-ragu dan garuk kepalanya yang nggka gatel. “Iya, ya, nggak tau deh. Ilmu agamaku belum banyak. Apalagi teknologi, wah gaptek deh.”
“Ya udah, nggak apa-apa, makan dulu aja yuk,” ajak Ismu.
Ismu mencet tombol bergambar burger dan soft drink di mesin olah makanan di dapur. Lima menit kemudian makanan tersaji dan mereka mulai makan. Sambil makan mereka ngobrol tentang cloningan Ismu yang sedang nggak beres itu. Rupanya kasus cloningan yang terkontaminasi virus hasil injeksi ini, nggak cuma sekali ini saja. Udah ada sekitar 50-an kasus, tapi baru 5 yang berhasil dikembalikan normal. Udah gitu kalau stadium kontaminasinya udah tinggi bisa gawat. Seperti cloningan Ismu yang sampai ngamuk. Undang-undang juga nggak ngijinin buat musnahin cloningan, katanya sih sama aja pembunuhan.
“Trus dia sempet ngrusakin benda-benda nggak?” tanya Ahmad.
“Belum sih, soalnya begitu ada tanda-tanda dia nggak beres, aku langsung manggil security Robot PR24, akhirnya dia dikarantina di ruang kaca itu.”
Sepulang dari rumah Ismu, Ahmad termenung. Selama ini dia nggak pernah mikir bahwa program cloning ternyata rumit banget. Emang sih dia pernah punya keinginan buat di cloning. Biar kalau capek ada yang gantiin sekaligus juga buat teman. Dibukanya situs-situs tentang cloning di internet. Dia kaget ternyata 200 tahun yang lampau tepatnya di tahun 2002 cloning ini jadi bahan perdebatan. Sejak Eve (nama bayi yang dikloning) lahir banyak orang bereksperimen nyiptain manusia Cloning. Soalnya Eve ini nggak sempurna, belum nyampai umur 15 dia udah terkena kanker dan akhirnya meninggal dunia. Sekarang Profesor Brown pakar cloning terkemuka telah menciptakan
***
Teringat kejadian cloning Ismu dan pohon beringin di jalan, Ahmad menghubungi Ismu.
“Assalamu’alaikum Is, gimana kabar cloningmu” Tanya ahmad
“Wa’alaikum salam. Wah makin gawat dia tadi hampir aja berhasil memecah kaca,” jawab Ismu
“Iya nih aku juga punya firasat gak enak, tentang cloning ini, tau nggak beringin di jalan udah berubah seperti senjata. Dan kubaca Koran tadi semua clonning manusia udah bikin kerusakan hebat.” Kata Ahmad lagi
“Eh, gimana kalau kita minta tolong omku saja, yang kerja di Hologram Departemen research itu, mungkin dia bias nolong, dia dulu satu jurusan sama Profesor Brown. Katanya sih emang dari dulu professor itu gila.”
Oke deh, jawab Ahmad, kita ketemuan disana, kasih tau koordinat tempat ommu, alhamdulillah nih mobilku dah beres dah bis aterbang.”
Dalam waktu 10 menit akhirnya mereka sampai ditempat Professor Ibnu Shina, omnya Ismu. Ketika datang, Profesor berumur 42 tahun yang memakai sorban dan berkacamata minus itu sedang serius melakukan percobaan di laboratorium riset di rumahnya.
“Memang, aku sudah lama curuga dengan cloningan buatan Brown,” kata Professor Ibnu ketika mereka berdua cerita maksud kedatangan.“Bahkan lebih bahaya lagi, dugaanku kayaknya cloningan Brown ditujukan untuk jadi pasukan perang.” Sambil cerita professor Ibnu sedang melnuangkan larutan-larutan ke dalam tabung kaca.
“Apa om?” Tanya Ismu heran bercampur ngeri.
“Coba lihat sini,” kata Professor Brown sambil menunjukkan gambar monitor besar di laboratorium itu.
“Lihat sel-sel yang saling bunuh itu,” di layar tampak gambar sel yang sudah diperbesar. “Itu yang mempengarui sungsi chip cloning jadi brutal.” Jelasnya. “Sampel ini aku ambil dari kuku dan rambut dan kulit cloning yang ada di kantor, yang berhasil kami tangkap.”
Profesor Ibnu pun bercerita tentang masa kuliah Profesor Brown. Brown muda dikenal sebagai pemud misterius tak punya teman. Brown bisa masuk ke Universitas Universitas swasta elit di negara ini waktu itu berkat kepandainannya memenangkan olimpiade biologi internasional. Sayangnya kampus kejam terhadap mahasiswa miskin dan jelek seperti Brown. Rata-rata penghuni kampus adalah orang-orang kaya dan berpenampilan keren.Badan Brwon yang bungkuk, kakinya yang pincang dan muka penuh jerawat bernanah itu selalu jadi bulan-bulanan. Yang paling menyedihkan adalah ketika gadis-gadis berpandangan jijik ketika melihatnya. Dikalangan mahasiswa angkatannya dia berambisi untuk jadi penguasa dunia. Ketika semua mencemooh ambisinya itu, Brown bertekat membalasnya. Hingga akhirnya saat mata kuliah micro cloning Brown membuat percobaan nyamuk besi. Dan sungguh mengerikan ketika banyak mahasiswa seluruh tubuhnya dipenuhi jerawat bernanah dan berbau busuk. Brwon berdiri di atas podium dan mengumumkan penemuan jahatnya itu, sambil tertawa-tawa seperti orang gila. Brown pun ditangkap dan dimasukkan ke rumah sakit jiwa di kota itu.
Profesor Ibnu kemudian memandang keduanya dan menghela napas. “Waktu itu, om yang jadi ketua mahasiswa mengevakuasi korban. Akhirnya setelah 3 bulan bisa detemukan penagkalnya oleh Professor Tobias, yang waktu itu jadi dosen micro cloning. Bisa dibayangkan bahanya penemuan Brown. Rupanya penemuan awalnya itu lalu dikembangkan seperti sekarnag ini.” Kata Profesor Ibnu mengakhiri ceritanya tentang Profesor Brown.
Ahmad dan Ismupun saling berpandangan dan ngeri. “Lalu bagaimana om?” tanya Ismu.
“Itulah yang sulit, cloning yang sekarang dibuat amatlah rumit struktur organismenya. Obat penangkalnya sebenarnya hampir bisa kutemukan, tapi masih kurang Mamalia Simian SV40 yang sekarang ada di bungker profesor brwon.”
“Kalau gitu kita ambil aja Prof,”Kata Ahmad
“Nggak semudah itu nak, bungker itu penuh jebakan. Banyak micro nuklir di tanam di sana. Selain itu banyak penjaga hasil cloningan dari hewan-hewan buas.”
Mereka berdua meyakinkan Profesor Ibnu untuk menjalankan misi sulit ini. Misi yang amat bahaya taruhannya adalah nyawa.
“Baiklah,” kata Profesor Ibnu..”Kalian harus punya tim yang amat hebat, karena sepertinya pemerintah tidak mendukung kita, mereka sudah di suap Brown. Ingat ini mission top secret.
***